SUMBER : https://www.google.co.id
A. Husnuzhan
1. Pengertian husnuzhan
Menurut etimologi( bahasa) husnuzan yaitu berbaik sangka, sedangkan secara istilah husnuzhan diartikan berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah yang di berikan kepada manusia. husnuzhan kepada allah maksudnya berbaik sangka terhadap apa saja yang dikehendaki dan ditakdirkan oleh allah. Manusia tidak boleh berburuk sangka kepada allah. Sebab allah adalah dzat yang maha bijaksana terhadap hambanya. Allah tidak akan berbuat semena-mena terhadap hambanya sendiri. Semua keputusan dan ketetapan allah adalah yang terbaik bagi makhluk-nya.
Sikap husnuzhan kepada allah harus selalu ditunjukkan meskipun seseorang mengalami kegagalan. Memiliki anggapan bahwa allah tidak ada, tidak sayang, kejam, pilih kasih merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Orang yang berburuk sangka kepada allah adalah orang-orang yang lemah imanya dan tidak pandai memahami hikma allah.
Orang yang memiliki husnuzhan kepada allah akan bersikap ikhlas jika menerima takdir, tidak membenci allah, merasa bersyukur atas nikmat allah, sabar atas cobaan dari allah, bertawakkal kepada allah, selalu berusaha keras mencapai tujuan.
2. Husnuzhan kepada allah
Husnuzan terhadap Allah artinya menerima semua yang menjadi takdir dan keputusan Allah. Manusia adalah hamba allah yang harus selalu tunduk dan setia kepada allah swt. Manusia tidak boleh berburuk sangka (suuzhan) kepada allah namun harus husnuzhan kepada allah. Sebab hidup ini berada dalam genggaman allah. Apapun yang dikehendaki allah pasti terjadi dan terbaik bagi makhluknya.
Wujud dari sikap dan perilaku husnuzhan kepada allah itu antara lain:
a. Selalu mensyukuri nikmat dari allah meskipun sedikit
b. Bersabar apabila tertimpa musibah atau kesulitan
c. Tabah dalam menerima kegagalan
d. Berusaha dengan keras mencapai keberhasilan
e. Berserah diri kepada allah
f. Selalu beribadah kepada allah dalam suka dan duka
g. Bersikap qanaah terhadap pemberian allah
h. Optimis dalam menghadapi hidup ini
i. Tidak mudah mengeluh
j. Tidak mudah putus asa
3. Husnuzhan terhadap diri sendiri
Husnuzhan terhadap diri sendiri adalah berperasangka baik terhadap dirinya sendiri. Apa saja yang ada pada diri sendiridapat diterima dengan baik, dengan ikhlas, tidak mengeluh, tidak merasa kurang. Sikap ini dilandasi oleh keyakinan bahwa apa saja yang diberikan allah adalah yang terbaik pada diri kita .
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan sebagian orang yang merasa tidak puas dengan keadaan dirinya sendiri. Misalnya merasa ukuran tubuhnya tidak ideal, warna kulit tidak serasi, hidungnya kurang mancung, matanya kurang indah, rambutnya kurang bagus dan sebagainya.
Sikap yang demikian itu menunjukkan ketidak puasan terhadap nikmat pemberian allah. Disamping itu juga dapat diartikan tidak adanya rasa syukur atas karunia allah. Tidak husnuzhan terhadap diri sendiri. Pada hal semua yang di ciptakan allah pada diri kita tentulah yang terbaik bagi kita. Tidak ada sesuatu yang buruk dari ciptaan, sebagaimana firman allah:
Sikap yang demikian itu menunjukkan ketidak puasan terhadap nikmat pemberian allah. Disamping itu juga dapat diartikan tidak adanya rasa syukur atas karunia allah. Tidak husnuzhan terhadap diri sendiri. Pada hal semua yang di ciptakan allah pada diri kita tentulah yang terbaik bagi kita. Tidak ada sesuatu yang buruk dari ciptaan, sebagaimana firman allah:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.( Qs. Ali imron: 191 )
Wujud sikap husnuzhan terhadap diri sendiri antara lain:
- Mensyukuri nikmat allah atas keadaan diri sendiri
- Tidak suuzhan kepada allah
- Menjaga dan merawat jasmani dan rohani dengan baik
- Memanfaatkan potensi diri sendiri
- Percaya diri
- Merasa cukup atas pemberian allah
- Tidak sombong dan tinggi diri
4. Husnuzhan terhadap sesama manusia
Allah swt menciptakan manusia dalam berbagai suku bangsa dengan tujuan agar saling mengenal. Dengan saling mengenal antar sesama manusia akan dapat diketahui kelebihan dan kekurangan masing- masing. Perhatikan firman allah sebagai berikut.
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.( Qs. Al- hujurat : 13 )
Husnuzhan terhadap sesama merupakan sikap berperasangka baik terhadap sesama atau orang lain. Memandang bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Husnuzhan terhadap sesama manusia juga mengandung arti tidak berperasangka buruk, curiga pada orang lain, menganggap orang lain lebih renda dan hina serta pandangan negatif yang lain. Padahal belum tentu orang yang dianggap buruk itu lebih renda dari diri kita. Bisa jadi orang yang selama ini kita anggap buruk justru lebih baik dan mulia dari kita dalam pandangan allah. Sebab orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa.
Husnuzhan dapat mendorong seseorang bersikap lapang dada, ikhlas, adil, menghargai orang lain. Sebaliknya sikap suuzhan akan menjadikan seseorang selalu curiga, sombong, ghiba, namimah, fitnah dan permusuhan.
Wujud dan sikap perilaku husnuzhan terhadap sesama manusia antara lain:
- Berperasangka baik kepada sesama manusia
- Tidak suka mencurigai orang lain
- Menghargai orang lain
- Menghormati orang lain
- Mengakui kelebihan orang lain
- Adil dalam menilai orang lain
- Tidak suka ghibah, namimah, dan fitnah
5. Nilai positif Husnuzhan
Sikap husnuzhan akan melahirkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia adalah berasal dari allah. Sedangkan keburukan yang menimpa manusia disebabkan karena dosa dan kemaksiatan manusia itu sendiri. Tidak seorang pun bisa lari dan menghindar dari takdir yang telah ditetapkan Allah.
Manusia tidak akan sampai pada sesuatu yang bisa membuat hatinya tenang secara hakiki kecuali jika ia mau mengikuti petunjuk-petunjuknya dan meninggalkan segala bentuk laranganya secara totalitas, disamping itu ia harusmampu melakukan tindakan prefentif terhadap pembahasan yang mendalam tentang masalah yang meragukan imannya, seperti membicarakan tentang dzat tuhan. Ketenangan hati akan cepat dicapai, manakalah kita mau menjadikan perintah-perintah syari’at sebagai petunjuk untuk menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah swt. Serta ridha terhadap sesuatu yang tidak dipahaminya. Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari sikap husnuzhan antara lain:
1) Melahirkan kesadaran bagi manusia, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah
2) Mendorong manusia untuk beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan mengikuti hukum sebab akibat( sunatullah) yang berlaku dan ditetapkan Allah
3) Mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah yang kekuasaan-Nya bersifat mutlak dan kehendak yang mutlak juga, di samping memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang kepada makhluk-Nya
4) Menumbuhkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah sebagai dzat yang menciptakan dan mengatur kehidupan manusia
5) Sikap husnuzhan membuat jiwa menjadi tenang dan tentram, karena meyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak Allah.
6. Membiasakn sikap husnuzhan
Dalam realita kehidupan, cukup banyak manusia yang justru mempunyai pikiran dan keinginan yang berbeda dengan tuntunan yang benar. Keinginan manusia yang berbeda atau bertolat belakang dengan kehendak Allah. Manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya dan sering tanpa ia sadari muncul pikiran dan tingka laku yang dirasakan benar namun justru tidak dibenarkan dalam agama. Sebagai contoh ia mengeluh kepada Allah dengan ucapan ya Allah mengapa saya sudah rajin sholat, tetapi rezki yang kami harapkan tidak juga kau tunjukkan, sikap semacam ini akan melahirkan sikap su’udzan kepada Allah. Karena itu apabila tidak segera dicarikan jalan keluar dengan cara merubah keinginan manusia untuk disesuaikan dengan kehendak Allah, maka akan melahirkan malapetaka dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Manusia harus berhusnuzhan bahwa Allah hanya memberikan apa yang terbaik bagi hambanya. Jangan mencari jalan lain yang hanya memuaskan nafsu sesaat, tetapi melupakan kebenaran yang akan membawa keselamatan.
B. Tobat
1. Pengertian tobat
Kata taba yang darinya terbentuk antara lain kata taubat, pada mulanya berarti “ kembali”. Orang bertobat kepada allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat tercelah menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiaat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari saaling bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada allah setelah meninggalka-Nya dan kembali taat setelah melanggar laranga-Nya. Dalam ayat dibawah ini pelaku dari kata “ kembali” adalah Allah swt sendiri. Sekian banyak ayat al-Qur’an yang berbicara tentang tobat (kembali-nya) Allah, antara lain surat al-ahzab ayat 73:
Artinya: “sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs.Al-Ahzab:73)
Dari sini dapat dikatakan bahwa baik tuhan maupun manusia keduanya “ kembali”. Dalam hal ini, agaknya ingin digambarkan adalah bahwa pada prinsipnya dan mulanya manusia berada dalam posisi yang sangat berdekatan dengan tuhan. Namun, apabila ia melangka, maka ia telah melangkah menjauhinya dan tuhanpun melangkah menjauh darinya. Apabilah manusia menyadari kesalahanya, bertekat untuk tidak mengulanginya serta memohon ampun dari Allah, maka pada saat itu ia dinamai bertobat atau “ kembali” menuju posisi semula.
Sedangkan menurut pendapat para ulama yang dimaksud tobat adalah membersihkan hati dari segalah dosa. Pendapat yang lain mengatakan bahwa tobat adalah meninggalkan keinginan untuk kembali melakukan kejahatan seperti yang telah pernah dilakukunya karena membesarkan allah swt dan menjauhkan diri dari kemurkaanya.
2. Bentuk dan contoh tobat
Dosa manusia itu tidak hanya kepada allah, tetapi dosa itu bisa kepada sesama manusi. Dosa kepada allah seperti; meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, dan kewajiban yang lain. Dosa kepada sesama manusia seperti, meninggalkan zakat, membunuh jiwa, merampas harta dan mencaci orang lain.
Dosa kepada Allah amat mudah bagi kita untuk bertobat yaitu dengan cara 1). Memohon ampun kepada allah 2). Ada rasa penyesalan yang mendalam dan 3) niat yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu.
Berbeda dengan jika dosa itu terkait dengan hamba atau manusia yang lain, maka proses tobat atau pengampunan itu lebih berat, seperti didasarkan oleh rasulullah SAW.
Berbeda dengan jika dosa itu terkait dengan hamba atau manusia yang lain, maka proses tobat atau pengampunan itu lebih berat, seperti didasarkan oleh rasulullah SAW.
Artinya : “ Catatan itu tiga yaitu catatan yang di ampuni, dan catatan yang tidak di ampuni dan catatan yang tidak ditinggalkan. Catatan yang di ampuni adalah dosa-dosa hamba, antara mereka dan Allah. Adapun catatan yang tidak di ampuni adanya menyekutukan Allah. Adapun catatan yang tidak ditinggalkan adalah perbuatan-perbuatan aniyaya yang dilakukan oleh hamba.” ( HR Ahmad dan al- Hakim dari hadits Aisyah r.a)
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk tobat itu amat tergantung dengan dosa yang dilakukan.
Selain itu, bentuk dan contoh tobat sangat tergantung pula dengan jenis dosa yang dilakukan. Para ulama ada yang membagi dosa itu kedalam dosa besar dan dosa kecil, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa tidak ada dosa kecil maupun dosa besar, bahkan setiap menyalahi allah, maka itu adalah dosa besar. Namun ini pendapat yang lemah, karena Allah SWT berfirman
“ Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. ( Qs an-Nisaa’:31)
Tobat bukan hanya sekedar sarana penghapus dosa, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah swt. Karena itu, sekalipun tidak berdosa, namun tetap diperintahkan untuk bertobat. Ini artinya tobat hukumnya wajib bagi setiap mukmin, Oleh karena itu sekalipun Rasulullah saw sudah terpelihara dari dosa, tetapi bertobat dan mintak ampun kepada allah swt, tidak kurang dari 70 kali dalam sehari semalam.
3. Tata cara untuk bertobat
Untuk melakukan tobat yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan: menyadari kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampun kepada allah, berjanji tidak akan mengulanginya, menutupi kesalahan masa lalu dengan amal sholeh
1) Menyadari kesalahan: karena seseorang tidak mungkin bertobat kalau dia tidak menyadari kesalahanya atau tidak merasa bersalah. Disini perlunya seorang muslim mempelajari ajaran islam, terutama tentang perintah yang wajib diikutinya dan larangan yang wajib ditinggalkanya. Dan di sini pulalah pentingnya saling ingat mengingatkan sesama muslim (wa tawashau bi al-haq)
2) Menyesali kesalahan: Sekalipun seseorang tahu bahwa dia bersalah tetapi dia tidak menyesal telah melakukanya maka orang tadi belumlah dikatakan bertobat. Apalagi kalau dia bangga dengan kesalahanya itu. Dalam hal ini rasulullah bersabda “ Menyesal itu adalah tobat.” (H.R. Abu Daud dan al-Hakim)
3) Memohon ampun kepada Allah (istighfar); dengan keyakinan atau husnuzhan bahwa allah swt akan mengampuninya. Semakin banyak dan sering seseorang mengucapkan istihfar kepada Allah swt semakin baik. Di atas sudah disebutkan hadits yang menyatakan bahwa sekalipun rasulullah saw tidak melakukan kesalahan atau kemaksiatan tetapi beliau tetap banyak istihfar , bahkan sampai seratus kali sehari. Rasulullah saw bersabda: “ Tidak ada dosa yang besar dengan istihfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau di ulang-ulang”. ( H.R. at-Thabrani)
4) Berjanji tidak akan mengulanginya; janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya di mulut, sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk mengerjakan dosa itu sewaktu-waktu. Tobat seperti ini diibaratkan dengan tobat sambal, waktu kepedasan menyatakan “ kapok” tetapi esoknya di makan lagi. Betapapun kecilnya dosa itu, tapi kalau dikerjakan berulang-ulang tentu lama-lama akan menjadi gunung dan kualitasnya sama dengan dosa besar.
5) Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal sholeh, untuk membuktikan bahwa dia benar-benar telah bertobat. Firman Allah swt:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar ( Q.S. Thaha/20: 82)
Jika seseorang hendak bertobat dan ingin doanya bermanfaat baginya, maka dia harus membersihkan hatinya. Dia harus menciptakan kondisi adanya rasa takut, harap-harap cemas, khudhu’ dan tunduk di hadapan Allah. Keadaan yang demikian ini akan muncul jika pengenalan terhadap Allah semakin mendalam.
4. Macam tobat
Tobat itu dapat dibagi dalam beberapa macam,yaitu:
- Tobat, yaitu kembali dari kejahatan kepada ketaatan karena takut akan mendapat siksa Allah swt. Allah berfirman dalam surat an-Nur ayat 31
- Inabat, yaitu kembali dari yang baik kepada yang lebih baik karena mengharap pahala.
- Awbah, yaitu orang-orang yang bertobat bukan karena takut siksaan dan tidak pula mengharap pahala, tetapi karena mengikuti perintah Allah.
5. Membiasakan diri bertobat
Setiap manusia sudah seharusnya senantiasa mengingat tobat dan harus tetap tumbuh didalam hati setiap muslim sampai meninggal dunia. Hati setiap muslim wajib senantiasa bergetar di hadapan keagungan Allah Dzat yang maha menerima taubatnya hambanya. Hati setiap muslim harus senantiasa memperhatikan dan meneliti kesalahan dan dosa, sehingga tidak terulang kembali. Seorang mu’min tidak boleh kehilangan tongkat dua kali dan tidak boleh jatuh pada lobang sama dua kali.
Jika seorang bertobat dari dosanya dengan tobat yang sesungguhnya maka tidak ubahnya dia seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Setelah bertobat, seseorang tidak ubahnya seperti bayi yang baru lahir dari ibunya. Manusia harus yakin bahwa bila seseorang melakukan dosa yang banyak, dan pada saat yang sama mengurungkan niat untuk bertobat dan mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuninya, maka justru perkataanya ini merupakan dosa yang besar yang mendekati batas kekufuran.
Oleh karena itu, seberapapun besar dosa seseorang, walaupun menyamai buih di lautan lalu dia bertobat dari dosanya dan memperbaiki dirinya, serta bergetar hatinya dan menyesali apa yang telah dilakukan, maka pasti Allah swt mengampuninya. Sebuah syair berbunyi,” kembalilah kepada-Ku bagaimanapun juga keadaanmu seandainya engkau seorang kafir atau menyembah berhala, kembalilah.” Pintu kami ini bukanlah pintu keputusasaan, sekalipun engkau telah menghancurkan tobatmu hingga seratus kali, kembalilah. “ sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat.” Artinya, bahwa allah swt menyukai seseorang yang bertobat, meskipun dia telah merusak tobatnya sebelumnya.
http://dunia-blajar.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar