sumber : https://www.google.co.id
Paragraf adalah rangkaian atau seperangkat kalimat yang saling berhubungan atau tersusun secara utuh dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan atau membahas satu topik pembahasan atau satu permasalahan pokok. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung.
Suatu paragraf dianggap bermutu dan efektif menyampaikan gagasan yang didukungnya apabila paragraf itu lengkap, artinya mngandung pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas. Di samping itu sama halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu. Adapun syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Dengan kata lain, uraian-uraian da
lam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Karena setiap paragraf hanya berisi satu ide pokok yang dalam pengungkapannya harus didukung oleh kalimat-kalimat. Contoh:
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi.
2. Kepaduan
Yang dimaksudkan dengan kepaduan adalah adanya hubungan harmonis yang memperlihatkan kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, semakin jelaslah arah paragrafnya dan semakin jelas pula gagasan pokok yang hendak dikatakannya. Tetapi, hubungan harmonis tidak akan tercipta apabila tiap-tiap kalimat tidak selalu berorientasi pada gagasan pokok yang ditentukan.
Paragraf yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Pembaca tidak dihadapkan pada lompatan-lompatan pikiran yang dapat membingungkan. Kepaduan sebuah paragraf di bangun dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu:
2.1. Pengulangan kata kunci
Contoh:
Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus lainnya Sumpah Pemuda. Generasi tahun 1928 berjuang mempersatukan seluruh kalangan pemuda di tanah air dalam merebut kemerdekaan. Generasi tahun 1928 dianggap sebagai pendobrak dalam perjuangan pergerakan untuk menumpas penjajah.
2.2. Penggunaan transisi
Contoh:
Perkuliahan bahasa Indonesia sering dapat membosankan, sehingga tidak dapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bahwa kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar.
3. Kejelasan
Yang dimaksud dengan kejelasan adalah apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dan dnegan detail fakta.
Macam Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Paragraf deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus). Contoh:
Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.
2. Paragraf induktuf
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan. Contoh:
Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya.
3. Paragraf campuran
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf campuran. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf. Contoh:
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat ,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
4. Paragraf tanpa kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama kedudukannya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dan lainnya memiliki kedudukan yang sama. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi. Contoh:
Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.
Macam-Macam Pola Pengembangan Paragraf
1. Pola umum-khusus
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus. Contoh:
Memiliki server sendiri memiliki banyak keuntungan. Salah satunya kita dapat memanfaatkannya secara maksimal. Meskipun demikian biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Biaya untuk hardware saja sudah di atas Rp 10 juta, belum lagi biaya perbulan. Selain itu kita juga membutuhkan tenaga professional untuk menjadi operatornya.
2. Pola khusus-umum
Kalimat dengan pola ini diawali dengan pernyataan yang bersifat khusus, lalu pernyataan tersebut dijelaskan dengan pernyataan umum. Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
3. Pola contoh
Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat. Contoh:
Sampai hari ke 8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
4. Pola perbandingan
Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda atau lebih. Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif yang murah. Setiap orang dapat menjadi pelanggan dengan tidak banyak mengeluarkan biaya. Berbeda halnya dengan petromaks. Meskipun sama-sama membutuhkan bahan bakar, tetapi energi yang dihasilkan petromaks sangat kecil jika dibandingkan dengan pembangkit listrik biasa. Petromaks hanya digunakan di desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-kota.
http://haveljozz.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar